Kebaya dan Wanita

Posted by jenggot kambing on Tuesday, October 27, 2009




Aminy Aim Sani seorang ibu yang pintar menjahit. Lebih spesial: Penjahit Kebaya. Salah seorang putrinya selalu mengamati saat Aminy bekerja. Diam-diam, sang putri yang masih remaja itu mengikuti jejak Aminy sebagai Penjahit Kebaya. Ia membuat pola, merancang pakaian yang akan dikenakannya. ''Dari kelas 3 SMP saya sudah biasa menjahit baju sendiri,'' ucap Amy Atmanto, sang putri itu.

Remaja putri itu kini berangkat dewasa. Mengikuti jejak sang ibu, dia menjadi perancang dan penjahit busana kebaya. Fokusnya hampir sama: kebaya. Hasil rancangannya dipakai wanita kelas atas negeri ini, juga wanita kelas atas di berbagai negara. Kini ia membangun tiga brand: Royal Sulam, Victoria Couture, Royal Caftan. Ada 59 orang yang dipekerjakan untuk itu.

Amy semula membuka usaha, memanfaatkan kesempatan yang sering ia peroleh ke luar negeri dengan membeli berbagai jenis pakaian. Pakaian itu dijual di butik milik seorang teman, sampai akhirnya menyewa tempat di Kabayoran. Setahun dua tahun berjalan, dia menjadi terbiasa membuat baju sendiri. ''Sampai kadang-kadang, kok kalau saya di-jahitin orang, polanya nggak enak. Saya bikin sendiri polanya,'' jelas dia.

Pakaian dengan pola yang ia buat sendiri itu ternyata mendapat pujian banyak orang. Terkesan unik di mata banyak temannya. Sampai-sampai ada orang yang berminat membeli baju yang sedang ia kenakan. Babak baru dalam kehidupannya pun mulai. Dia seakan menemukan dunianya yang 'hilang', dunia yang disenanginya sejak kecil: desain (penjahit kebaya).

Membangun mimpi
Tapi, mengapa lebih condong sebagai penjahit kebaya? Dia bilang, ''Tadinya, yang saya jahit bukan hanya kebaya. Ada baju, ada blus. Tapi teman-teman saya bilang, 'lu enak sih... kebaya'.'' Teknik menjahit kebaya termasuk yang paling susah. Tidak boleh ada lekukan sedikit. ''Belum lagi tantangannya. Orang yang badannya XXL, yang justru paling sering pakai kebaya,'' kata dia. Maka, ia pun terus menekuni profesi sebagai penjahit kebaya.

Komentar banyak orang, ternyata tidak keliru. Lima tahun sebagai penjahit kebaya di bawah payung Royal Sulam, tak terbilang perempuan kelas atas menggunakan gaun rancangannya. Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meuthia Hatta, memujinya. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengajaknya bekerja sama, dukungan dari sejumlah anggota DPR pun berdatangan.

Rahasianya? Ibu dua anak ini buka kartu. Dia mengaku senang melihat perempuan memakai kebaya, karena tampak cantik. Itulah sebabnya ia tidak menggantung baju-bajunya dengan display. Semua yang datang konsultasi pribadi, apa yang paling cocok buatnya. Amy pun bersedia meluangkan waktu untuk itu. ''Saya enjoy ketemu orang, saya pengen bilang sama orang itu, cantiknya pakai warna ini, pakai itu. Saya punya kepuasan sendiri mengaktualisasikan diri, dan itu ternyata membawa manfaat bagi orang,'' ucapnya.

Amy mulai membangun mimpinya. ''Saya pengen, insya Allah, suatu waktu kebaya bukan tren, tapi yang tren aplikasinya. Kebaya tetap eksis, model adalah garis rancangnya.

infoanda.com

{ 0 comments... read them below or add one }