Fungsi pilar yang semula untuk memperkokoh bangunan, mulai beralih ke fungsi estetika. Posisi pilar di depan pintu masuk selain untuk keindahan juga sebagai pertanda pintu utama. Pilar juga merupakan pertanda masa arsitektur tertentu karena modelnya yang berbeda-beda. Model pilar pun sangat beragam. Jika pada abad ke-18, pilar dibangun dengan konsep sederhana yaitu hanya terdiri atas kepala, badan, dan kaki, maka memasuki tahun 1970-an, bentuk pilar lebih rumit.
Pilar gaya Romawi lebih menonjolkan struktur bangunan yang banyak menggunakan bentuk lengkung, serta penambahan ukiran dan elemen dekoratif berupa lukisan pada pilarnya. Pada masa itu pilar ukuran besar lebih diminati. Warna yang sedang tren pun lebih ke warna tanah seperti coklat atau merah bata.
Membangun pilar, juga membutuhkan itung-itungan matematis. Karena pilar merupakan bagian dari struktur bangunan, maka perlu perhitungan yang tepat mengenai besar, tinggi, serta jaraknya jadi jangan sembarangan melakukan renovasi rumah dengan tambahan pilar. Besar kecilnya pilar tergantung besarnya beban yang disokong dan jarak antarpilar. Semakin besar beban yang ditopang atau semakin tinggi pilarnya, ukuran atau dimensinya juga semakin besar. Satu hal yang harus dihindari, ukuran pilar jangan sampai melebihi pintu masuk di dekatnya.
Sebagai bagian eksterior yang juga memperindah rumah, penampilan pilar harus memperhatikan segi keindahan. Untuk itu diperlukan kecermatan menentukan material dan finishing yang sesuai. Sebaiknya material yang digunakan terbuat dari bahan berstruktur kuat dan keras, serta tahan di alam terbuka. Material beton yang paling umum digunakan. Tapi material seperti kayu, bambu, atau batang kelapa dapat juga dijadikan pilihan bagi rumah bergaya etnik.
Temukan info lebih lengkap seputar renovasi rumah
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment