Laris Manis Butik Baju Import Korea & Hongkong

Posted by jenggot kambing on Tuesday, July 28, 2009

Produk impor dari China, Hongkong, Korea, dan Malaysia masih mendominasi pasar garmen Indonesia. Dengan desain dan kualitas memikat serta harga bersaing, kehadiran merek-merek luar negeri tersebut membuat produk lokal kini makin tergusur.

Berdasarkan pantauan di Butik Baju Grosir atau Pusat Grosir Pasar Pagi Mangga Dua, International Trade Center (ITC) Mangga Dua, dan Mal Blok M menunjukkan bahwa produk lokal makin sulit ditemui. Sementara itu, merek- merek luar negeri tampak merajai berbagai jenis garmen, seperti celana jin, jas, pakaian tidur, hingga pakaian dalam. Menurut keterangan dari berbagai pedagang Butik Baju, lebih dari 60 persen produk yang dijual di Pasar Pagi Mangga Dua merupakan produk impor atau Butik Baju Import.

Ani, salah seorang pegawai Toko Layli Fashion di Butik Baju Grosir atau Pusat Grosir Pasar Pagi Mangga Dua, mengatakan, semula tokonya sempat memproduksi pakaian sendiri. Namun, kegiatan tersebut akhirnya berhenti karena harganya kalah bersaing dengan produk impor yang mulai datang membanjiri pasaran.

Rok panjang dari bahan jin buatan luar negeri ditawarkan dengan harga Rp 95.000. Namun, untuk garmen serupa yang dibuat dari industri di dalam negeri ditawarkan adalah Rp 75.000. "Setelah melalui proses tawar- menawar, rok buatan luar negeri itu bisa terbeli dengan harga Rp 75.000 hingga Rp 80.000. Karena selisih harganya tak berbeda jauh dengan buatan lokal, akhirnya toko kami memutuskan untuk menjual produk impor saja atau Butik Import," paparnya.

Hal serupa juga diungkapkan Ita, salah seorang pegawai
Butik Baju Odakyu Fashion di ITC Mangga Dua. Karena desain dan kualitas bahan lebih bagus, setelan baju tidur buatan Hongkong yang dijual di tokonya lebih laku dibandingkan dengan produk lokal. Setiap bulan sedikitnya 10 lusin baju tidur setelan impor (Butik Grosir) terjual. Sebaliknya, untuk baju-baju buatan dalam negeri bisa menjual satu lusin saja per bulannya sudah sangat bagus.

"Oleh karena itu, baju-baju lokal sisa bulan kemarin itu sekarang kami obral supaya lebih cepat laku," jelasnya. Baju tidur buatan Hongkong dijual Rp 35.000 per setel, sedangkan buatan lokal Rp 30.000 per setel. Kendatipun Rp 5.000 lebih mahal, baju buatan luar negeri tersebut lebih diminati karena kainnya terasa lebih halus dan nyaman dipakai. Sebaliknya, untuk produk lokal, bahan kain yang dipakai lebih tipis dan cenderung kasar.

bisnisjakarta.com

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

{ 0 comments... read them below or add one }