Bisnis Foto Studio Bayi

Posted by jenggot kambing on Friday, June 5, 2009

Bisnis Studio Foto, khususnya studio Foto bayi dan anak-anak sejak sekitar lima tahun lalu sempat booming. Salah satu pionirnya, Amadeus yang terletak di bilangan Tebet Dalam, Jakarta Selatan masih tetap eksis hingga saat ini. Foto studio anak asal dikemas dengan bisnis beneran bisa memiliki prospek bagus, kata Nathal. Namun ia tidak menampik fakta, beberapa Studio Foto Digital lain yang mengikuti bisnis Amadeus ternyata malah tidak bisa bertahan lama. Lihat Studio Foto Wedding dan Studio Makassar.

“Kalau kita omong foto anak, bisnis Studio Foto Digital anak pasti menarik. Masalahnya bagaimana caranya agar bertahan. Banyak yang berhenti karena sifatnya hanya sekadar bisnis musiman. Bisnis ini bukan kebutuhan primer. Bila foto-foto yang dibuat hanya untuk kebutuhan fun, bukannya sejarah, maka ketika mulai jenuh, lalu ada studio foto lain yang lebih bagus, otomatis konsumen akan berpindah,” tukas Nathal.

Kurang lebih setahun setelah buka, Studio Foto yang memiliki target pasar khusus ini sudah menarik perhatian masyarakat, baik dari kalangan orang biasa, artis, bahkan pejabat. Foto-Foto Digital bayi dan anak-anak dengan kostum lucu-lucu seperti buah, telur besar, dan macam-macam mulai dikenal dan digemari. Seiring waktu pula, para produsen produk anak dan bayi, termasuk rumah-rumah sakit juga mulai melirik untuk kerja sama atau order pembuatan iklan. Demikian pula dalam lomba foto anak tingkat nasional, Nathal Ajie selalu ambil bagian dalam penjurian serta aksesoris (Paket Foto Wedding).

Nathal Ajie berprinsip seorang fotografer layaknya seniman lukis yang melukis dengan memanfaatkan cahaya. Ia tidak mungkin melakukan pekerjaan yang dianggap karya seni secara asal jadi. Sekadar informasi, tarif Paket Foto studio kelas menengah ke atas seperti Amadeus tidak bisa dianggap murah seperti Paket Foto studio kebanyakan. Harga cetak Paket Studio Foto bisa mencapai antara puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Sehingga orang hanya mau foto anak setelah merasa puas melihat hasilnya yang bagus. Seterusnya, seiring pertumbuhan anak semakin membesar, konsumen tidak kapok datang secara rutin. Berjalan selama lima tahun, diakuinya, sebanyak 60% yang datang adalah konsumen lama. Demikianlah, meskipun tetap menjalankan bisnis menurut perhitungan komersiil tetapi pria berkacamata tebal ini tetap melakukan berdasarkan konsep serta karakter yang ia miliki sendiri, dan bukan karya pesanan (Paket Foto Wedding).

Sementara itu, terhadap konsumen yang datang Nathal juga tidak menganggap mereka itu sebagai orang lain yang minta dilayani semata-mata. Sebaliknya mereka diperlakukan selayaknya tamu yang datang ke rumahnya. Setiap kali sebelum sesi pemotretan ia akan banyak berbicara bersama kostumer demi menggali informasi mengenai obyek yang akan difoto tersebut dan memilih Paket Studio Foto. Sebab menurutnya konsumen boleh membawa konsep dan menyampaikan apa keinginannya, tetapi pada akhirnya Foto Digital yang akan diambil tetap yang menggambarkan anak ini seperti ia lihat apa adanya.

Sumber: majalahpengusaha.com

Temukan informasi lainnya hanya di Studio Foto - Foto Digital - Foto Wedding - Paket Foto - Foto Makassar - Studio Makassar - Digital Wedding - Paket Foto Wedding - Studio Foto Digital - Studio Foto Wedding - Paket Studio Foto - Foto Studio Wedding - Foto dan Studio Foto Digital: Studio Foto Wedding & Paket Studio Foto Makassar hanya di 88db.com

{ 0 comments... read them below or add one }