Secara umum ada 3 skenario lending rationale:
Kedua. Cash flow lending : untuk menyediakan cash jangka menengah panjang, untuk modal kerja permanen atau investasi. Misalnya, usaha kaos saya perlu membeli mesin jahit baru. Tidak mungkin saya penuhi dari modal Anggaran Biaya awal saya yang cuma rp.1,5 juta tadi.
Mengapa perlu pinjaman ini? Untuk membiayai investasi jangka menengah. Berapa besarnya Biaya Proyek Konstruksi? Sesuai kebutuhan investasi dan kesanggupan membayar dari cash flow. Dari mana pengembaliannya? Dari operating cash flow yang berjalan.
Ketiga. Asset protection lending : ini pinjaman Biaya Proyek Konstruksi untuk menjaga supaya asset (cash) saya tidak terkikis pertumbuhan usaha saya sendiri. Misalnya usaha saya tumbuh 10% per bulan, maka dengan sendiri nya setiap bulan saya perlu tambahan kas untuk menambah bahan baku dsb. Jika tidak, maka kas dana usaha saya akan terkikis dan bisa-bisa meskipun usaha maju, saya cash-less.
Mengapa perlu pinjaman ini? Untuk memproteksi kas supaya sesuai dengan pertumbuhan usaha. Berapa besarnya? Sesuai dengan trend pertumbuhan. Dari mana pengembaliannya? Biasanya pembiayaan bersifat revolving dan evergreen.
Begitulah “rationale” atau landasan pemikiran pemberian pinjaman dana tunai. Sebagai pelaku bisnis anda tinggal menganalisa kira-kira usaha anda sedang dalam situasi yang mana. Setelah paham situasi nya, baru diputuskan apakah pinjaman Anggaran Biaya Proyek diperlukan. Dan kalau diperlukan pinjaman Anggaran Biaya Proyek yang seperti apa. Bisnis adalah sesuatu yang masuk akal. Semua ada “rationale” nya.
Dukung kampanye stop dreaming start action
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment