Wedding Bridal Fotografi

Posted by Sate Ayam on Friday, August 28, 2009



Pada kulminasinya, suatu karya seni akan mengalami kejenuhan. Pada titik jenuh itulah, sang kreator akan menciptakan hal-hal baru. Dalam lukisan, misalnya. Ketika naturalisme membosankan, muncul ekspresionisme. Ketika ekspresionisme juga membosankan, muncul karya-karya baru yang lebih abstrak hasil paduan antara naturalisme dan ekspresionisme.Begitu juga yang terjadi pada wedding photography (foto pernikahan). Sebagai bagian dari seni foto, wedding bridal photo telah mengalami perjalanan proses kreatif yang sangat panjang. Bila pada awalnya para fotografer pernikahan hanya membuat karya-karya foto “on the spot” saat hari pernikahan berlangsung, sejalan dengan proses kreatif mereka dalam melakukan pencarian, muncul seni fotografi pernikahan yang disebut prewedding. Lihat bridal photo package dan wedding bridal photo.
Prewedding dibuat lebih sebagai improvisasi profesional dari kejenuhan wedding photography biasa. Prosesnya, berlangsung out door maupun in door cth bridal photo studio. Pelaku yang terlibat di dalamnya membuat konsep-konsep tertentu di lokasi tertentu sehingga hasilnya pun menjadi sebuah karya seni foto yang memadukan banyak unsur. Mulai dari teknik foto itu sendiri, wardrobe bridal photo package, maupun make up sehingga foto pernikahan ini menjadi lebih “berbicara” dari foto pernikahan sebelumnya.
Menurutnya, dunia fotografi terbagi dua, fotografi industri dan ekspresi. Fotografi industri adalah fotografi yang dibuat untuk mengikuti selera pasar, sedangkan fotografi ekspresi adalah foto yang dibuat lebih berdasarkan pada eksplorasi-eksplorasi seni fotografi. Bridal photo studio story berada di antara keduanya. Artinya, di satu sisi tetap mengikuti selera pasar, tetapi di sisi lain juga tetap memberikan sentuhan-sentuhan seni baru hasil eksplorasi terhadap karya seni sebelumnya. See wedding photography unique dan photography bridal.Masyarakat sudah menyukai karya-karya yang tidak asal cantik, mewah, lalu jepret. Akan tetapi, masyarakat sudah menginginkan adanya “sesuatu” di balik foto. Dan “sesuatu” itu, kata dodi, bisa berupa teknik dan seni foto terbaik maupun pesan yang disampaikan foto.

Dukung kampanye
stop dreaming start action


Sumber : eriyanti-pikiranrakyat

{ 0 comments... read them below or add one }