Komputerisasi di Klinik Kesehatan

Posted by jenggot kambing on Tuesday, January 5, 2010



Di bidang kesehatan, Teknologi Informasi( TI) juga bisa sangat membantu. Untuk kebutuhan operasional Klinik Kesehatan atau rumah sakit misalnya, banyak urusan dapat dilancarkan dengan kehadiran TI. Sayangnya untuk di Indonesia agak terkendala oleh SDM dan infrastruktur.

Dengan harapan mengurangi kesalahan medis, menekan biaya, dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, beberapa pusat pelayanan kesehatan di Amerika Serikat mulai mengimplementasikan rekam medis elektronik.

Pengalaman Cedars-Sinai Medical Center, LA, California (Shabot, 2004) memberikan 10 pelajaran penting:

1. Kecepatan adalah segalanya
Tidak peduli indahnya desain, fitur, saran, atau sistem peringatan (alerts), yang lebih penting adalah kecepatan (waktu respon). Sehingga masih banyak sistem yang berjalan dengan DOS (berbasis teks).

2. Para dokter mengabaikan sistem peringatan
Padahal sistem peringatan dapat mengurangi medical error, tetapi karena kebutuhan akan kecepatan akses lebih ***tamakan, maka sistem peringatan (misalnya peringatan akan adanya interaksi obat) cenderung diabaikan oleh dokter. Sistem peringatan ini masih digunakan oleh kalangan farmasi.

3. Memberikan informasi saat dibutuhkanDengan didukung sistem peringatan, informasi benar-benar disampaikan sesuai kebutuhan pengguna berupa pengingat singkat (reminder) tapi tetap menyertakan tautan (link) untuk informasi yang lebih lengkap.

4. Sesuai dengan alur kerja pengguna
Para pengembang sebaiknya menyadari, kadang komputerisasi juga memperlambat proses. Jadi, sesuaikan dengan proses dan alur kerja yang ada. Sistem berbasis web Cedars-Sinai menampilkan data pasien terbaru dengan tautan ke laporan konsultasi, hasil radiologi, dan analisis gas rutin. Informasi dapat dioptimalisasi untuk menghemat waktu akses.

5. Respek terhadap otonomi dokter
Di tengah kesibukannya sehari-hari, para dokter dihadapkan pada suatu sistem informasi klinik yang baru, dan kadang bertentangan dengan otonomi praktiknya. Hal ini sering terjadi pada para dokter senior yang berusia lanjut. pasien dan dokter.

6. Pengawasan implementasi secara nyata dan respon dilakukan dengan segera
Tantangan terberat adalah manajemen perubahan pada manusianya. Implementasi sistem informasi klinik yang baru membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

7. Hati-hati terhadap konsekuensi yang tidak diharapkan
Prosedural dedikasi yang ditanamkan pada suatu sistem kadang terlalu detil sehingga dapat melelahkan (terutama) para perawat. Konsekuensi ini baiknya disesuaikan dengan prosedur manual yang ada dan dibicarakan dengan tim dokter.

8. Waspada akan kekurangan proses jangka panjang yang belum teratasi
Tidak semuanya dapat tergantikan oeh sistem. Saat proses registrasi memerlukan waktu tertentu sementara pasien harus segera diambil tindakan (masalah proses), dokter akan memesan perlengkapan medikasi dengan menggunakan nama sementara, tentu saja dengan tulisan tangan. Proses ini tidak tergantikan oleh komputer.

9. Jangan mengacaukan “magic nursing glue“
Sebelum terkomputerisasi, para perawat sering membantu tugas dokter dengan melengkapi status pasien yang belum lengkap, sehingga memudahkan pasien untuk pindah tahap perawatan selanjutnya. Dengan komputerisasi, proses ini menjadi terlalu detil dan spesifik.

10. Kecepatan adalah segalanya
Kembali, kecepatan adalah segalanya bagi pengguna klinik di tengah kesibukan masing-masing.

Tapi kembali lagi, kesuksesan implementasi sistem informasi Klinik Kesehatan yang baru ditentukan oleh pemimpin yang baik dan pengikut yang baik pula.

netsains.com

{ 0 comments... read them below or add one }