Membilas Laba dari Jasa Cuci Helm

Posted by jenggot kambing on Tuesday, January 26, 2010



Jumlah pengguna motor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menunjukkan pertambahan motor di Jakarta mencapai 1.035 unit Per hari.

Jika tingginya populasi pengguna motor tersebut menginspirasi Bagas, Toto, Riki, Caca dan Sule untuk mencari peluang usaha baru.

Pada tahun 2006, lima alumnus Universitas Trisakti ini awalnya ingin membuka cucian motor namun niat itu mereka urungkan karena saat itu sudah banyak orang yang membuka bisnis cucian motor.

"Dari market pengguna motor yang besar ini apalagi yang bisa kita ambil. Kemudian ada celetukan dari salah satu teman saya, gimana kalau menyuci helm? Karena pengguna motor pasti punya helm dan saat itu belum ada yang membuka usaha itu," ujar salah satu pemilik Healthy Helm Bagaskoro saat berbincang dengan detikFinance.

Sejak tercetusnya ide itu, Bagas dan empat sahabatnya mulai melakukan eksperimen. Mereka mencoba mencari cara menghilangkan noda dan bau serta mengeringkan helm secara cepat. Untuk mendukungnya mereka menemukan sebuah alat atau mesin pengering yang bisa mengeringkan helm dalam waktu 4 jam. Alat tersebut tidak merusak kondisi material helmnya yang sensitif terhadap panas.

Seiring dengan jalannya bisnis tersebut, kelima sahabat ini tidak lantas berpuas diri. Mereka pun terus bereksperimen untuk meningkatkan kemampuan alat mesin pengeringnya. Dari eksperimen kedua yang mereka lakukan pada bulan Oktober 2008, mereka berhasil membuat mesin pengering yang mampu mengeringkan helm yang dicuci dalam waktu setengah jam.

"Kan dicucinya 15 menit, 30 menit dikeringkan dan finishing 15 menit sehingga dalam waktu satu jam helm yang dicuci disini bisa langsung dibawa pulang," tuturnya.

Ternyata kerja keras yang dilakukan Bagas dan teman-temannya tidak sia-sia. Dengan modal awal sekitar Rp 45 juta, kini mereka telah memiliki 12 outlet salon helm di wilayah Jabodetabek. Bahkan sejak Agustus 2008, mereka telah memiliki franchise di 18 kota di Indonesia.

Bagas menjelaskan ada dua jenis kerjasama yang ditawarkan Healthy helm yaitu dengan menjadi channeling dan distributor. Untuk menjadi channeling, calon rekan kerja Healthy Helm harus menyetorkan uang sekitar Rp 25 juta. Calon rekanan menyiapkan tempat usaha dan pekerja. Sedangkan perlengkapan mulai dari perlengkapan material, tekhikal, promosi dan administrasi berasal dari Healthy Helm.

"Tidak ada sistem bagi hasil, semua pendapatan 100 persen milik dari si pembeli. Hanya untuk alat mesin pengering helm itu mereka menyewanya dengan membayar Rp 1 juta per tahun atau 83 ribu per bulan," jelasnya.

Untuk menjadi distributor, Bagas mengatakan calon distributor tersebut harus menyetorkan investasi Rp 50 juta. Menurut Bagas, seorang distibutor akan memperoleh hak khusus yaitu jika ada orang yang berminat untuk menjadi channeling di sebuah kota maka pengajuan izinnya harus melalui distributor.

Bagas mengakui prospek ke depan usahanya masih sangat besar. Saat ini Jakarta saja membutuhkan 800 outlet cuci helm, sedangkan outlet helm di Jabodetabek baru ada 12 outlet

Apalagi Bagas melihat saat ini tingkat kepedulian pengguna motor terhadap helmnya masih rendah. Bagas menyatakan karyawan pernah membersihkan helm yang 10 tahun tidak pernah dicuci oleh pemiliknya.

detikfinance.com

{ 0 comments... read them below or add one }