Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung dan menyukai produk kerajinan, cobalah datang ke gedung Jabar Craft Center yang berlokasi di Jalan Ir H Juanda Nomor 19. Di gedung itu setidaknya dipampang lebih dari 150 jenis barang kerajinan dari seluruh Jawa Barat.
Wakil Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar Odi Muhamad Gahara mengatakan,Jabar Craft Center buka setiap hari pukul 09.00-16.00, kecuali pada hari libur nasional. Gedung itu terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya.
Produk yang dipajang seperti wayang, angklung, patung bebek, asbak dari batu alam, bola, jaket, boneka, border, batik tulis, anyaman mendong, kerajinan tempurung kelapa serta tanduk, golok hias, tas, gerabah atau keramik, vas, topeng, kaligrafi, lukisan kaca, mainan edukatif, jam dinding, dan lampu gentur. Selain itu, terdapat pula miniatur pesawat terbang, perahu, dan alat musik.
Perajin yang menitipkan produk seperti miniatur pesawat tadi untuk dipamerkan tidak dipungut biaya. Lokasi bangunan pun strategis, karena berada di jalan utama Kota Bandung. Gedung yang dibuka dua tahun lalu itu terdiri dari tiga lantai. Dua lantai di antaranya untuk memajang produk.
Oleh karena itu, gedung tersebut juga ditujukan bagi pedagang produk kerajinan, seperti mainan edukatif, gerabah, miniatur pesawat terbang, dll. Harga produk yang dijual di Jabar Craft Center, termasuk miniatur pesawat tadi cukup murah. Suling, misalnya, dijual Rp 5.000-Rp 15.000, wayang kecil Rp 25.000, dan asbak batu alam Rp 50.000. “Sayangnya, tidak semua bisa dijual seperti bola, boneka, dan jaket, karena perajin hanya mengirimkan contoh produk,” kata Odi.
Pedagang kerajinan dari Amerika Serikat Becky Robertson mengatakan, produk yang diimpor dari Jabar yaitu mangkuk, cincin, kalung, dan kerajinan dari batu alam. Batu di Jabar sangat bagus untuk dijadikan hiasan. Bentuknya menarik dan baik.
“Di Amerika Serikat tidak ada batu seperti di Jabar. Tapi, kontrol kualitas produknya masih lemah,” kritiknya. Begitu juga dengan produk lain seperti dala hal jual miniatur pesawat, maupun jual kerajinan lain.
Selain itu, harga yang ditawarkan sering lebih tinggi hingga 40 persen bila diketahui pembelinya berasal dari luar negeri. “Kalau saya membeli produk kerajinan dalam jumlah besar, masih ada yang tidak cukup baik dan saya mempertanyakan produk itu,” katanya.
www.kompas.com
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang
More about → Industri Kerajinan Jawa Barat
Wakil Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar Odi Muhamad Gahara mengatakan,
Produk yang dipajang seperti wayang, angklung, patung bebek, asbak dari batu alam, bola, jaket, boneka, border, batik tulis, anyaman mendong, kerajinan tempurung kelapa serta tanduk, golok hias, tas, gerabah atau keramik, vas, topeng, kaligrafi, lukisan kaca, mainan edukatif, jam dinding, dan lampu gentur. Selain itu, terdapat pula miniatur pesawat terbang, perahu, dan alat musik.
Perajin yang menitipkan produk seperti miniatur pesawat tadi untuk dipamerkan tidak dipungut biaya. Lokasi bangunan pun strategis, karena berada di jalan utama Kota Bandung. Gedung yang dibuka dua tahun lalu itu terdiri dari tiga lantai. Dua lantai di antaranya untuk memajang produk.
Oleh karena itu, gedung tersebut juga ditujukan bagi pedagang produk kerajinan, seperti mainan edukatif, gerabah, miniatur pesawat terbang, dll. Harga produk yang dijual di Jabar Craft Center, termasuk miniatur pesawat tadi cukup murah. Suling, misalnya, dijual Rp 5.000-Rp 15.000, wayang kecil Rp 25.000, dan asbak batu alam Rp 50.000. “Sayangnya, tidak semua bisa dijual seperti bola, boneka, dan jaket, karena perajin hanya mengirimkan contoh produk,” kata Odi.
Pedagang kerajinan dari Amerika Serikat Becky Robertson mengatakan, produk yang diimpor dari Jabar yaitu mangkuk, cincin, kalung, dan kerajinan dari batu alam. Batu di Jabar sangat bagus untuk dijadikan hiasan. Bentuknya menarik dan baik.
“Di Amerika Serikat tidak ada batu seperti di Jabar. Tapi, kontrol kualitas produknya masih lemah,” kritiknya. Begitu juga dengan produk lain seperti dala hal jual miniatur pesawat, maupun jual kerajinan lain.
Selain itu, harga yang ditawarkan sering lebih tinggi hingga 40 persen bila diketahui pembelinya berasal dari luar negeri. “Kalau saya membeli produk kerajinan dalam jumlah besar, masih ada yang tidak cukup baik dan saya mempertanyakan produk itu,” katanya.
www.kompas.com
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang