"Sekarang konsumen justru harus hati-hati membeli pakaian impor, karena sulit membedakan mana pakaian impor baru dan bekas," kata salah satu pengurus Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)
Ia menjelaskan saat ini Fashion Import banyak dijual di pasar bebas terutama di pasar grosir dan eceran. Seperti di Jakarta banyak Jual Fashion import ditemukan di Mangga Dua, ITC, Pasar Baru, Pasar Senen, dan lainnya.
Menurutnya, menyusul kembali maraknya impor pakaian bekas, tidak tertutup kemungkinan pakaian impor yang dijual pedagang adalah pakaian impor bekas. Karena banyak pakaian impor bekas kualitasnya masih bagus dan pedagang biasanya pintar memilih mana yang bagus dan tidak.
Ia khawatir konsumen yang tidak teliti akan tertipu bila pakaian impor baru dan bekas dijajakan bersamaan oleh para pedagang. Apalagi harga Grosir Fashion impor baru pun sangat bersaing dan hanya lebih mahal sedikit dibandingkan pakaian buatan lokal, kendati kain atau bahan bakunya lebih bagus.
Pakaian impor tersebut kebanyakan berasal dari
Wahyuni mengakui Jual Fashion Import atau pakaian impor baru yang banyak diperdagangkan di dalam negeri merupakan barang impor legal. Namun, kendati dikenakan bea masuk (BM) 15 persen harga produk impor itu tetap bisa bersaing. Karena Bea Cukai menerapkan hitungan BM barang impor secara borongan.
Menanggapi pertanyaan apakah pakaian impor tersebut merugikan industri tekstil, khususnya garmen, Wahyuni yang juga pengusaha pakaian jadi itu mengatakan pasti mengganggu pasar pakaian jadi di dalam negeri.
Kendati demikian, menjelang hari raya keagamaan tahun ini, ia optimis terjadi kenaikan produksi daj Jual Fashion/pakaian jadi di kalangan produsen lokal sekitar 15-20 persen. "Dari sisi positifnya, pakaian impor tersebut bisa memacu kita untuk berproduksi lebih baik atau meniru model dan potongan yang diminati konsumen di dalam negeri," katanya.
hupelita.com
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang