Kredit tanpa agunan makin diminati masyarakat. Selain prosesnya gampang, suku bunga yang ditawarkan juga lumayan rendah. Tapi ini hanya untuk mereka yang punya slip gaji.
Banyak pengusaha yang mengeluh lantaran bank begitu pelit dalam mengucurkan kreditnya. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi masyarakat pekerja. Bagi mereka, meminjam duit ke bank kini makin mudah. Ibaratnya, hanya dengan modal slip gaji, masyarakat sudah bisa mendapatkan pinjaman yang besarnya mencapai puluhan juta rupiah tanpa agunan.
Sejauh ini, pertumbuhan Kredit Tanpa Agunan terbilang cepat. Lynn Ramli, Vice President StanChart, mengatakan bahwa kini jumlah debitor Kredit Tanpa Agunan mencapai 60 ribu nasabah. Target kami sekitar Rp 1,2 triliun per tahun, ujarnya. Sebagai bank yang pertama kali mengeluarkan produk ini tahun 1995 StanChart memang cukup agresif dalam menggarap pasar. Seorang pemasar Kredit Tanpa Agunan ketika dihubungi TRUST menuturkan bahwa dalam sebulan paling tidak dirinya bisa menggaet 50-100 nasabah baru.
Lantas bagaimana cara bank mengelola risiko kredit tanpa jaminan ini? Tidak mudah, memang. Tapi, untuk menghindari kemacetan, biasanya bank bertindak selektif dalam memilih nasabah. Selain harus berstatus karyawan tetap dan minimal sudah 2 tahun bekerja atau seorang pensiunan, bank juga membatasi kucuran kreditnya sesuai penghasilan si debitor. Di Bank Bukopin, misalnya, meski maksimal kredit yang ditawarkan sebesar Rp 100 juta, nasabah tidak bisa menarik pinjaman seenaknya. Jumlah pinjaman harus disesuaikan dengan besarnya gaji debitor.
TELITI SEBELUM BERUTANG
Makanya, untuk menghindari kemacetan, banyak bank yang lebih suka menyasar para karyawan. Selain pembayarannya lebih pasti ”karena langsung dipotong dari gaji bulanan tingkat macetnya juga lumayan kecil. Di BNI, yang macet tidak sampai 1%,kata Baiquni.
Tapi terlepas dari sikap hati-hati para bankir, kehadiran Kredit Tanpa Agunan jelas cukup menguntungkan bagi para pekerja yang membutuhkan. Meski demikian, ada baiknya debitor mencermati betul sebuah produk tanpa agunan yang ditawarkan oleh bank, misalnya menyangkut proses persetujuan kredit, jangka waktu kredit, tingkat suku bunga, persyaratan, dan beban biaya administrasi yang akan dibebankan oleh bank. Soal suku bunga, inilah hal terpenting yang mesti dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan. Di beberapa bank yang mengeluarkan kredit tanpa agunan, tingkat suku bunganya berkisar 12%-20%, tergantung lamanya masa pinjaman.
Besaran bunga tadi jika dibandingkan dengan suku bunga kredit KPM (kredit kepemilikan mobil) atau KPR, tidak berbeda jauh. Khusus KPM, untuk mobil baru yang harganya di atas Rp 100 juta bunganya memang berkisar 5%-6% per tahun. Tapi untuk kredit mobil bekas—dengan harga di bawah Rp 100 juta bunganya bisa mencapai 11%-14,5%. Dengan faKredit tanpa Agunan itu, bukankah lebih menarik mengambil Kredit Tanpa Agunan. Selain bunganya tak beda jauh, debitor juga tidak disibukkan lagi dengan agunan (dalam bentuk BPKB atau sertifikat kepemilikan rumah) yang mesti ditahan oleh bank.
Tapi, kendati pemakaian Kredit Tanpa Agunan lebih fleksibel ketimbang produk pinjaman lainnya, ada baiknya situasi dan kondisi keuangan Anda dilihat dulu. Soalnya, yang namanya kredit tetap sama saja, setiap bulan harus membayar dalam jumlah tertentu. Jadi, sebaiknya, teliti betul-betul setiap tawaran pinjaman dari bank. Jangan sampai karena pencairannya relatif mudah, hidup justru makin terbebani. Bukankah produk kredit dibuat untuk memudahkan hidup dan bukan sebaliknya?
majalahtrust.com
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment