Aksi Komunitas Animasi dan Sejuta Ide

Posted by jenggot kambing on Wednesday, April 21, 2010



Seperti para musisi indie, animator memanfaatkan benar yang namanya komunitas. Dengan komunitas, mereka menciptakan peluang ekonomi sendiri sekaligus bersama-sama menyampaikan aspirasi politik.

Salah seorang animator yang gigih membentuk komunitas adalah Wahyu Aditya (28), pemilik tempat kursus animasi Hellomotion di kawasan Tebet, Jakarta. Sejak empat tahun lalu, dia mencoba menghimpun komunitas animasi melalui festival film pendek dan situs internet.

Festival film itu bertajuk Hellofest yang digelar setiap tahun sejak 2004. Menurut Wahyu, setiap tahun, film yang ikut serta dalam Hellofest sekitar 150 buah, 80 persennya adalah film animasi. Festival yang berlangsung semalam ini biasanya dihadiri sekitar 3.000 orang. Mereka terdiri dari pelajar, mahasiswa, praktisi animasi, dan kurator film animasi.

Melalui festival ini, lanjut Wahyu, animator yang banyak tersebar di Indonesia bisa saling berinteraksi. Dari sini muncul animator-animator potensial.

”Beberapa di antara mereka kami ajak untuk berkolaborasi dalam proyek-proyek yang bersifat komersial,” ujar Wahyu.

Wahyu juga mencoba menghimpun komunitas melalui situs internet bernama Kementerian Design Republik Indonesia dengan alamat kdri.web.id. Situs ini semacam kementerian virtual lengkap dengan kebijakan-kebijakannya. Setiap orang boleh mengirim karya desain grafis, animasi, atau ide liar yang berkaitan dengan kehidupan bangsa Indonesia. Pokoknya, situs ini bisa menampung ide-ide liar dan kritis.

Di situs itu ada sebuah film pendek bertajuk Najis Award. Film itu berupa gabungan karakter animasi dan potongan adegan sinetron. Di bagian akhir, film itu menobatkan sinetron yang mengumbar adegan tampar-menampar sebagai sinetron ternajis karena dianggap paling berhasil melecehkan logika.

Mereka juga mengkritik desain logo-logo yang dianggap kaku milik instansi pemerintah maupun swasta. Mereka menawarkandesain logo baru yang mereka anggap lebih oke, keren, dan funky. Situs itu, katanya, dikunjungi 800- 1.000 orang dari seluruh dunia setiap hari.

”Melalui situs itu kami memang ingin mengubah Indonesia dengan kekuatan alternatif, yakni kekuatan animasi. Sekalian, kami bisa menghimpun komunitas,” ujar Wahyu yang dipilih British Council sebagai International Young Screen Entrepreneur of The Year pada tahun 2007 karena sepak terjangnya dianggap berpengaruh kepada orang banyak.

Bagi Wahyu, komunitas sangat penting bagi orang-orang yang bergerak di dunia animasi. Mengapa? Karena hampir semua industri animasi dijalankan dengan sistem outsourcing. Sebuah film animasi bisa dikerjakan beramai-ramai oleh animator dari berbagai negara.

Wahyu kini sedang menyiapkan sebuah film animasi dengan sistem crowdsourcing. Maksudnya, sistem yang sumber daya dan dananya berbasis pada komunitas yang disebut Wahyu sebagai crowd.

”Saya membuat ceritanya dan di-publish di internet. Crowd bisa mengomentari cerita itu atau memberi dana. Nanti saya akan mencantumkan nama pemberi dana pada film itu,” papar Wahyu.

Setelah film jadi, film itu akan ditonton dan didistribusikan oleh komunitas. Menurut Wahyu, sistem ini sudah digunakan sejumlah animator independen di seluruh dunia untuk mengurangi ketergantungan pada pemilik modal.

Kalau sistem itu berjalan, komunitas animasi mungkin bisa menggoyang hegemoni pemodal besar yang bermain di bisnis ini. (Budi Suwarna)

cetak.kompas.com

{ 0 comments... read them below or add one }