Fungsi Rekayasa Genetika untuk Bekas Luka

Posted by anggota member on Monday, September 14, 2009

Operasi bagian tubuh lumayan marak dilakukan. Operasi bibir, kecantikan, atau operasi organ dalam tidak asing lagi dalam dunia kesehatan. Sebuah penelitian di Inggris baru-baru ini membuka harapan cerah bagi mereka yang sangat takut kulitnya rusak akibat kecelakaan atau pasca operasi. Teknik rekayasa genetik menggunakan dapat mencegah luka meninggalkan bekas yang mengurangi kemulusan dan keindahan kulit.

Para peneliti di Universitas Bristol telah menemukan gen-gen yang mengatur perubahan bentuk jaringan pada bekas luka. Dengan menekan fungsi salah satu gen tersebut menggunakan gel tertentu, luka tidak hanya pulih sediakala namun juga dapat menyembuhkan luka lebih cepat.

Para peneliti yakin temuan ini bukan saja sangat bermanfaat bagi mereka yang terkena luka, tapi juga pasien yang menjalani operasi akibat kerusakan organ dalam.

Saat kulit tubuh pria maupun wanita terluka, jaringan darah dan sel di bawah kulit mulai bekerja memperbaiki kerusakan, lalu tersisa bekas luka berupa codet. Bekas luka di kulit adalah efek wajar dari proses perbaikan jaringan, codet juga tanda paling pasti bahwa kulit sudah sembuh setelah luka iris atau luka bakar. Bentuk codet ini bisa sangat beragam, mulai dari yang ringan sampai yang agak parah akibat penyakit diabetes.

Kerusakan juga tidak cuma terjadi di kulit, luka kadang menjadi parah dalam kasus-kasus tertentu, contohnya luka di jaringan hati yang terinfeksi alkohol sangat sering menimbulkan bekas luka yang serius bahkan kanker hati dan gagal hati. Dan terkadang kita mencari produk wajah yang sifatnya hanya sementara.

Menurut para pakar, mayoritas bekas luka operasi organ dalam memunculkan komplikasi penyakit yang juga serius. Kerusakan jaringan memicu reaksi berupa peradangan, ini disebabkan oleh upaya darah putih melindungi kulit dari berbagai infeksi luar, sehingga sel darah putih membunuh banyak mikroba.

Sel darah putih juga memandu produksi lapisan-lapisan kolagen. Lapisan ini membantu proses penyembuhan luka tapi mereka berada di sekitar kulit dan menyisakan codet.

Penelitian yang dipimpin Profesor Paul Martin di Universitas Bristol kemudian mendapati bahwa gen osteopontin (OPN) merupakan gen yang memacu hadirnya bekas luka di kulit. Dengan mengoleskan gel penekan aktifitas gen OPN, peneliti pun mengamati munculnya percepatan kesembuhan luka, sekaligus parut yang minim.

Upaya menekan gen OPN ini pun lantas mempercepat regenerasi sel darah di sekitar lokasi luka, dan meningkatkan kecepatan rekonstruksi jaringan. Temuan Martin dan rekan-rekannya bakal diterbitkan dalam jurnal ilmiah Journals of Experimental Medicine edisi 26 Januari 2008.

kompas.com

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

{ 0 comments... read them below or add one }