Tubuh Langsing dengan Akupunktur

Posted by anggota member on Wednesday, February 3, 2010

Sering kali, niat berdiet runtuh dengan mudah hanya gara-gara tak kuasa menolak traktiran makan. Mungkin, ini saatnya Anda memerlukan bantuan. Alternatif bantuan yang saat ini sedang naik daun adalah terapi aku-punktur. Meski kabarnya cukup cespleng menurunkan berat badan, nyatanya terapi ini bukan sulap. Tetap diperlukan komitmen kuat untuk mengubah pola hidup yang tidak sehat.

BEDA KONDISI, BEDA TUSUKAN
Menurut dr. Lily Djodoadmodjo (technical advisor acupuncture) dan dr. Indra Taudik Odang (praktisi akupunktur) dari Centrum for Life Care, jika tubuh dalam keadaan seimbang (metabolisme baik, asupan makanan berkualitas, dan aktivitas cukup, seharusnya seseorang tidak menjadi gemuk.

Sebaliknya, kalau faktor-faktor itu tidak seimbang, orang akan mudah jadi gemuk. Makanan yang seharusnya terbakar, malah bertumpuk jadi lemak. Ketidakseimbangan itulah yang dicoba diatasi dengan teknik akupunktur. Sekarang perkembanngan akupunktur sangat pesat, misalnya saja banyak
kursus akupunktur.


Karena itu, sebelum mulai ditusuk jarum, pasien perlu diperiksa dengan cermat, antara lain lewat pemeriksaan nadi, lidah, dan hara (sebuah metode dari Jepang, dengan cara mencari di bagian mana darah itu tersumbat). Misalnya, jika terdeteksi bahwa emosi dan kondisi hormonnya tidak seimbang, yang harus diterapi terlebih dulu adalah masalah itu. Logikanya, bagaimana bisa mengubah pola makan, bila mengatasi emosinya sendiri saja ia belum mampu.


Dalam proses pelangsingan tubuh, jumlah jarum yang digunakan tak sama pada setiap orang, tergantung kondisi tubuh masing-masing. Tak ada pula titik yang baku atau mutlak. Kedalaman penusukan jarum pun berbeda-beda, tergantung penyebab kegemukan. Ada yang hanya cukup sampai lapisan kulit bagian atas, ada pula yang sampai harus ke lapisan lemak. Mungkin bagi yang pernah ikut
kursus akupunktur mengerti hal ini.


Dalam akupunktur, 5 elemen dalam kehidupan pun berpengaruh dalam keseimbangan makanan yang harus dikonsumsi, yaitu:
1. Elemen kayu (rasa asam), melambangkan liver dan empedu.
2. Elemen api (rasa pahit), lambang organ jantung dan usus kecil.
3. Elemen tanah (rasa manis), melambangkan limpa dan pankreas.
4. Elemen logam (rasa pedas), lambang paru-paru dan usus besar.
5. Elemen air (rasa asin), lambang ginjal dan kandung kemih.

Semua rasa itu perlu dikombinasikan dengan seimbang, demi kesehatan masing-masing organ yang dilambangkannya. Lalu, yang bagaimana yang disebut seimbang? Menurut dr. Lily, lagi-lagi hal itu kembali pada kondisi tubuh masing-masing. Jika punya kecenderungan diabetes, jumlah asupan gula tak boleh banyak. Atau, jika ingin ginjal lebih sehat, konsumsilah jenis-jenis makanan yang asin, tapi jangan sampai tekanan darah meningkat tajam, karena hal itu justru bisa memancing penyakit yang lain lagi.

www.femina-online.com

{ 0 comments... read them below or add one }