Memperhatikan Nasib PRT

Posted by anggota member on Wednesday, October 28, 2009

Ibu wanita karir lainnya berhasil membesarkan anak-anaknya terima kasih atas bantuan dari para Pembantu Rumah Tangga.

Siapakah sebenarnya atau bagaimana profil para Pembantu Rumah Tangga? (mari kita singkat menjadi: PRT). Sebagian besar dari mereka adalah: Wanita, dari berbagai usia, berasal dari desa-desa kecil di Jawa, dari kalangan sosial menengah ke bawah, kebanyakan berpendidikan hanya sampai sekolah dasar.

Kondisi bekerja sebagai PRT di negara kita sangat buruk: tanpa kontrak, tanpa jam kerja yang jelas, tanpa adanya limitasi pekerjaan, gaji yang rata-rata kecil, hari libur yang tidak jelas, dst. Walaupun ada yayasan baby sitter yang menyalurkan mereka tapi terkadang kurang diperhatikan.

Namun mengarah ke tahun 90-an, banyak wanita-wanita muda di desa yang memilih bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik daripada bekerja di rumah-rumah orang kaya di kota besar. Mereka mulai mengerti dan menuntut akan haknya, kondisi kerja yang sedikit lebih baik.

Terkadang banyak wanita kalangan atas yang mengeluh susah mencari pembantu. Namun sebenernya ini adalah kemajuan, walaupun mungkin tidak sepenuhnya.

Bekerja di pabrik pun gajinya kecil, namun setidaknya ada jam kerja, dan setelah itu mereka bisa pulang ke rumahnya masing-masing.

Satu fenomena PRT lainnya adalah menjadi PRT di negeri orang. Dalam hal ini mereka lebih lemah lagi kondisinya daripada PRT yang ada di Indonesia. Mungkin gaji mereka relatif lebih besar, namun jika nasib sial mendapatkan majikan yang kejam, kondisi mereka sangat mengenaskan.

PRT adalah sumber daya manusia yang cukup potensial. Tugas-tugas PRT sangat luas (menyiapkan tempat makanan, mencuci piring, mengepel, sampai harus menjadi seorang decorator rumah maupun florist decoration, dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu), sehingga, tidak bisa disebut pembantu, namun mungkin lebih cocok menjadi: pegawai rumah tangga. Karena tugas-tugas rumah tangga semuanya dilimpahkan kepada mereka, termasuk mengasuh dan mendidik anak -anak majikannya.

Sedihnya, begitu murahnya sumber daya manusia di negara kita hingga mungkin kondisi para PRT akan terus dalam posisi lemah. Padahal sebagian besar PRT adalah wanita. Wanita adalah potensi pekerja yang gemilang.

Bersyukurlah jika anda mampu menggaji pembantu, hargailah jerih payah mereka. Hargailah atas keinginan mereka yang mau menjadi pembantu.

Potensi mereka sebenarnya terhalang. Bekerja di dalam rumah seseorang menghalangi mereka untuk belajar lebih lanjut, berkembangnya potensi mereka tergantung akan kebijakan majikan mereka. Bahkan menjadi pembantu terkadang menghalangi sosialisasi mereka. Biasanya dengan tabungan mereka selama menjadi PRT, mereka akan membuka usaha sendiri di desa.

PRT adalah bentuk dari perbudakan. Seringkali para PRT dianggap orang-orang kelas bawah, tak berpendidikan, hak mereka tergantung kepada kebaikan majikan dan pandangan terhadap mereka tidak begitu baik. Kebanyakan majikan menganggap PRT adalah hak milik mereka - seperti halnya budak di peradaban yang jauh ke belakang

Mungkin masih merupakan utopia di mana suatu saat nanti hak-hak mereka akan dilindungi atau diperbaiki. Tentunya hak-hak sosial suatu negara akan mengalami perbaikan sejalan dengan kemajuan negara tersebut.

Let’s hope and wait!

PRT harus disamakan dengan serikat pekerja lainnya!!!

www.kaskus.us

{ 0 comments... read them below or add one }