Sebagian kaum muda menganggap traditional batik fashion design kuno, kaku, dan lebih cocok untuk orang tua. Busana atau fashion batik hanya dikenakan mereka saat hajatan atau acara formal, belum ditempatkan sebagai pakaian sehari- hari. Itu pun sebagian orang lebih menyukai batik pekalongan.
Agung dan Hari, siswa sebuah SMA di Yogyakarta, misalnya, hanya mengenakan traditional fashion design saat menghadiri resepsi pernikahan atau acara resmi. "Rasanya kuno dan tidak luwes kalau memakai traditional fashion batik dari gallery batik saat bepergian nyantai," kata Agung, Kamis (24/7). Keduanya masing-masing hanya memiliki dua kemeja batik painting di lemari. Mereka juga tidak tahu apakah kemejanya berjenis design batik cap, printing, atau traditional design tulis. "Bapak yang membelikan kemeja traditional batik. Kalau warna batik painting sudah agak pudar, biasanya beli lagi di toko gallery batik," ucap Hari.
Mely Christina, pemilikMely Art Batik Center yang membuka kios di Pasar Beringharjo, mengakui, fashion design batik pekalongan (cap dan printing) lebih diminati. "Saya pernah jualan traditional design batik yogya, tapi enggak laku. Saya tidak tahu mengapa traditional fashion design batik yogya tidak disukai," ujarnya.
Ia hanya menjual fashion batik dalam bentuk kemeja, kebaya, dan gaun terusan. Pembelinya mayoritas para ibu dan beberapa relasi bisnis seperti toko-toko batik traditional fashion design di Yogyakarta, dan temannya diMakassar , Sulawesi Selatan, dan Ketapang, Kalimantan Barat. Dengan omzet Rp 20 juta-Rp 40 juta per bulan, yang paling laku adalah kebaya dan gaun terusan seharga sekitar Rp 50.000. Busana batik itu didapat dari agen yang biasa memasok batik ke lebih dari 100 kios di Beringharjo. Pabrikasi batik memang membuat pakaian batik berharga murah. Tuntutan pasar membuat perancang dan toko batik bersiasat mengeksplorasi model dan motif-motif batik.
Di Malioboro, toko-toko menjual pakaian bermotif batik mulai dari model baby doll, balon, maupun gaun terusan. Rianty Batik, misalnya, menjual Rp 50.000-Rp 300.000 per potong. Asih, supervisor toko, mengatakan, empat bulan terakhir, model balon banyak dicari.
http://cetak.kompas.com/
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Fashion Design - Traditional Design - Traditional Fashion - Batik Painting - Design Batik - Fashion Batik - Traditional Batik - Gallery Batik - Traditional Fashion Design - Batik dan Leloehoer Gallery: Exclusive Traditional Fashion Design - Batik Painting & Natural Home Spa Products di 88db.com
More about → Batik Tradisional Dewasa Ini
Agung dan Hari, siswa sebuah SMA di Yogyakarta, misalnya, hanya mengenakan traditional fashion design saat menghadiri resepsi pernikahan atau acara resmi. "Rasanya kuno dan tidak luwes kalau memakai traditional fashion batik dari gallery batik saat bepergian nyantai," kata Agung, Kamis (24/7). Keduanya masing-masing hanya memiliki dua kemeja batik painting di lemari. Mereka juga tidak tahu apakah kemejanya berjenis design batik cap, printing, atau traditional design tulis. "Bapak yang membelikan kemeja traditional batik. Kalau warna batik painting sudah agak pudar, biasanya beli lagi di toko gallery batik," ucap Hari.
Mely Christina, pemilik
Ia hanya menjual fashion batik dalam bentuk kemeja, kebaya, dan gaun terusan. Pembelinya mayoritas para ibu dan beberapa relasi bisnis seperti toko-toko batik traditional fashion design di Yogyakarta, dan temannya di
Di Malioboro, toko-toko menjual pakaian bermotif batik mulai dari model baby doll, balon, maupun gaun terusan. Rianty Batik, misalnya, menjual Rp 50.000-Rp 300.000 per potong. Asih, supervisor toko, mengatakan, empat bulan terakhir, model balon banyak dicari.
http://cetak.kompas.com/
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Fashion Design - Traditional Design - Traditional Fashion - Batik Painting - Design Batik - Fashion Batik - Traditional Batik - Gallery Batik - Traditional Fashion Design - Batik dan Leloehoer Gallery: Exclusive Traditional Fashion Design - Batik Painting & Natural Home Spa Products di 88db.com