Meski sudah berumur lebih 80 tahun, aktivitas Rosma tak banyak berkurang mengelola bisnis kerajinan sulaman-Bordirmiliknya dan mengajar puluhan remaja putri agar terampil menyulam dan membordir.
Ia mengaku masih bisa melihat dengan jelas hasil pekerjaan yang tidak betul, juga melihat hasil kerja yang bagus.
“Kasihan saya ke anak-anak kalau hasil kerjanya tidak betul, sedikit saja salah hati saya tidak bisa menerima, setiap yang saya ajarkan harus betul, saya selalu sampaikan ke anak-anak kalau belajar di sini harus betul-betul pandai, sebab mereka sudah membuang waktu, tenaga, dan biaya,” kata Rosma.
Sejak 1960-an Rosma sudah membuka rumahnya di Bonjo Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam sebagai tempat kursus sulaman-Bordir. Puluhan remaja perempuan, bahkan kadangkala juga ada yang laki-laki, menjadi muridnya. Mereka belajar selama beberapa bulan untuk kemudian menjadi pekerja sulaman-bordir di berbagai tempat di Sumatera Barat, bahkan ke luar daerah.
“Saya tidak ingat lagi sudah berapa orang yang pernah belajar di sini, saya tidak mencatatnya, tapi sudah ribuan orang belajar Bordir Baju, bahkan di antaranya ada yang sudah jadi pengusaha kerajinan sulaman-bordir juga,” ujarnya.
Ketika berkunjung ke rumah Rosma yang juga sekaligus tempat usahanya dengan nama “Sulaman Hj. Rosma” yang terletak tak jauh dari pinggir jalan raya 10,5 km dari Bukittinggi menuju Payakumbuh, ada 59 siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Keputrian sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan) di sana. Mereka datang dariPadang , Jambi, Pekanbaru, dan kota lainnya di Sumatera.
“Saya mengajar langsung, mulai dari menerangkan di whiteboard sampai cara menjahit dengan mesin dan tangan, kemudian dibantu dua asisten untuk mengontrol kerja mereka,” katanya.
Keunggulan sulaman Rosma adalah kecantikan motif-Motif Bordir (umumnya bunga) di atas aneka produk kain. Kehalusan hasil sulaman dan perpaduan warna bagaikan lukisan yang dibuat dengan benang. Motif-motif cantik itu adalah hasil karya Rosma yang berjumlah ribuan Motif Bordir.
Tak heran banyak wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri selalu ramai mengunjungi galerinya sambil melihat Desain Bordir para perajin bekerja. Setiap hari bus biro travel singgah dan para wisatawan, tak hanya dari Malaysia, Brunai, dan Singapura, tapi juga Jepang, Eropa, Amerika, dan Australia.
Produk Desain Bordirnya mulai dari kebaya, selendang, seprai pengantin, alas meja, hingga mukena, tatakan gelas, dan gambar dinding dengan kisaran harga dari Rp10 ribu hingga Rp4 juta.
Dengan hanya mengandalkan wisatawan yang datang ke galerinya, dalam satu bulan pada musim libur Rosma bisa beromset sekitar Rp90 juta.
“Pernah ada turis perempuan Belanda yang membeli kebaya yang katanya untuk dipakai pesta di negerinya sebagai tanda pernah ke Indonesia,” ujar perempuan yang biografinya diterbitkan dalam buku Hj. Rosma & Nukilan Bordir Sumatera Barat, Bigraf Yogyakarta dan Citra Budaya Indonesia, Padang pada 1997 ini
padangkini.com Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang
More about → Kerajinan Motif Bordir Di Gemari Wisman
Ia mengaku masih bisa melihat dengan jelas hasil pekerjaan yang tidak betul, juga melihat hasil kerja yang bagus.
“Kasihan saya ke anak-anak kalau hasil kerjanya tidak betul, sedikit saja salah hati saya tidak bisa menerima, setiap yang saya ajarkan harus betul, saya selalu sampaikan ke anak-anak kalau belajar di sini harus betul-betul pandai, sebab mereka sudah membuang waktu, tenaga, dan biaya,” kata Rosma.
Sejak 1960-an Rosma sudah membuka rumahnya di Bonjo Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam sebagai tempat kursus sulaman-Bordir. Puluhan remaja perempuan, bahkan kadangkala juga ada yang laki-laki, menjadi muridnya. Mereka belajar selama beberapa bulan untuk kemudian menjadi pekerja sulaman-bordir di berbagai tempat di Sumatera Barat, bahkan ke luar daerah.
“Saya tidak ingat lagi sudah berapa orang yang pernah belajar di sini, saya tidak mencatatnya, tapi sudah ribuan orang belajar Bordir Baju, bahkan di antaranya ada yang sudah jadi pengusaha kerajinan sulaman-bordir juga,” ujarnya.
Ketika berkunjung ke rumah Rosma yang juga sekaligus tempat usahanya dengan nama “Sulaman Hj. Rosma” yang terletak tak jauh dari pinggir jalan raya 10,5 km dari Bukittinggi menuju Payakumbuh, ada 59 siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Keputrian sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan) di sana. Mereka datang dari
“Saya mengajar langsung, mulai dari menerangkan di whiteboard sampai cara menjahit dengan mesin dan tangan, kemudian dibantu dua asisten untuk mengontrol kerja mereka,” katanya.
Keunggulan sulaman Rosma adalah kecantikan motif-Motif Bordir (umumnya bunga) di atas aneka produk kain. Kehalusan hasil sulaman dan perpaduan warna bagaikan lukisan yang dibuat dengan benang. Motif-motif cantik itu adalah hasil karya Rosma yang berjumlah ribuan Motif Bordir.
Tak heran banyak wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri selalu ramai mengunjungi galerinya sambil melihat Desain Bordir para perajin bekerja. Setiap hari bus biro travel singgah dan para wisatawan, tak hanya dari Malaysia, Brunai, dan Singapura, tapi juga Jepang, Eropa, Amerika, dan Australia.
Produk Desain Bordirnya mulai dari kebaya, selendang, seprai pengantin, alas meja, hingga mukena, tatakan gelas, dan gambar dinding dengan kisaran harga dari Rp10 ribu hingga Rp4 juta.
Dengan hanya mengandalkan wisatawan yang datang ke galerinya, dalam satu bulan pada musim libur Rosma bisa beromset sekitar Rp90 juta.
“Pernah ada turis perempuan Belanda yang membeli kebaya yang katanya untuk dipakai pesta di negerinya sebagai tanda pernah ke Indonesia,” ujar perempuan yang biografinya diterbitkan dalam buku Hj. Rosma & Nukilan Bordir Sumatera Barat, Bigraf Yogyakarta dan Citra Budaya Indonesia, Padang pada 1997 ini
padangkini.com