Nuansa Gaun Pengantin

Posted by anggota member on Wednesday, April 28, 2010

Petikan lagu Bryan Adams yang dinyanyikan oleh Rio Febrian itu menyusup syahdu ke seluruh ruangan. Satu per satu undangan menuruni tangga menuju ruangan dengan melewati gerbang melengkung yang dipenuhi tanaman rambat. Beberapa lampion aneka bentuk dan buket bunga menghiasi sudut-sudut ruangan yang serba putih.

Tak lama kemudian, keluar seorang perempuan berbalut gaun serba putih melangkah anggun di atas panggung diiringi musik. Dengan hati-hati ia melangkah sambil sesekali mengibaskan gaun yang melambai indah berhiaskan sulaman dan payet bunga.


Itulah pemandangan syahdu persis resepsi pernikahan mewah pada acara pameran dan peragaan busana pengantin yang berlangsung mewah di Hotel Four Season, di kawasan Kuningan, Jakarta, medio bulan ini.


Diselenggarakan oleh majalah Haper's Bazaar, acara ini menyajikan puluhan koleksi perancang ternama. Mereka adalah Andreas Odang, Rusly Tjohnardi, Sally Koeswanto, Amy Atmanto, Luwi Saluadji, dan Sapto Djojokartiko. Pada puncak acaranya, karya perancang Barli Asmara dan Didi Budiarjo tampil memukau. Peragaan ini menampilkan kombinasi gaun pengantin modern dan tradisional dengan berbagai pilihan.


Memang peragaan ini memberikan pilihan secara lengkap bagi para calon pengantin yang akan mengikat janji. Pernikahan merupakan saat terbaik seumur hidup yang harus dinikmati dengan segala keindahan. "Detik-detik penyatuan dua hati terikat janji terjadi hanya sekali seumur hidup," kata Ance Tjondronegoro, manajer humas acara ini.


Perancang Amy, misalnya, menyajikan koleksi berupa aplikasi kebaya dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Amy terinspirasi oleh gaya para putri keraton zaman dulu. Ia membayangkan sebuah pernikahan merupakan fase peralihan dari seorang putri menjadi ratu. "Saya menggambarkannya seperti seorang menjadi queen," ucapnya.


Pemilik Royal Sulam ini memakai aneka bahan beludru berwarna ungu, hijau botol, dan hitam pekat, yang dihiasi kebaya bertabur kristal dan payet. Amy memilih kebaya sebagai
gaun pengantin, karena busana ini menampilkan siluet tubuh wanita yang seksi dan cantik. "Kebaya pun menampilkan kecantikan wanita Indonesia seutuhnya."


Sedangkan Sapto menampilkan
gaun pengantin modern dengan aplikasi kebaya. Keberaniannya memodifikasi potongan dekonstruksi berupa kebaya menawan berbentuk asimetris. Sapto pun mencoba eksplorasi dengan memberikan volume pada gaun rancangannya hingga menjuntai ke lantai. Itu dipermanis dengan menyematkan detail aneka bentuk yang terkesan berantakan bermodifikasi kristal.


Perancang yang terbilang anyar menekuni busana gaun pengantin selama 2 tahun terakhir ini dalam waktu dekat berencana merancang pakaian siap pakai dengan membuka toko sendiri. Hari itu, sebagian besar gaun rancangan Sapto memang menjuntai ke lantai. Hal ini membuat para modelnya tampak kesulitan mengenakan gaun tersebut. Beberapa nyaris jatuh tersungkur menginjak gaunnya sendiri saat berjalan di atas panggung.


www.tempointeraktif.com

{ 0 comments... read them below or add one }