Showing posts with label sanggar badut. Show all posts
Showing posts with label sanggar badut. Show all posts

Perluasan Makna Kata "Badut"

Posted by anggota member on Wednesday, September 30, 2009

Belakangan, istilah badut sendiri melebar ke mana-mana. Hampir semua pelawak dan pemancing tawa, kini juga kerap dijuluki sebagai badut. Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol sering dikatakan badut. Sebagai istilah, badut mengalami perluasan makna.

Menurut sejarahnya, badut mengacu pada seseorang dengan dandanan lucu (terkadang meniru karakter komik), make-up tebal dan kostum berwarna unik, mempunyai kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional.
Sewa badut sering kita temukan pada acara ulang tahun anak sehingga dalam acara ulang tahun banyak yang menyediakan jasa sewa badut.


id.wikipedia.org
More aboutPerluasan Makna Kata "Badut"

2 Kategori Kamar mandi

Posted by jenggot kambing on Monday, September 28, 2009

MENGACU pada cara pakai dan kondisinya, kamar mandi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu kamar mandi kering dan kamar mandi basah. Selain itu, juga kamar mandi sering disatukan dengan WC dalam satu areal (ruang) demi alasan kepraktisan ataupun keterbatasan tempat(Busana Hamil).

Kamar mandi kering dirancang untuk pola mandi yang bernuansa eksklusif. Di dalam zona pribadi ini biasanya tersedia bathtub, wastafel (dilengkapi meja rias), kloset duduk, dan berbagai aksesori modern lainnya(Sanggar Badut). Sesuai dengan namanya, dalam sebuah kamar mandi kering tidak akan ditemui ceceran atau genangan air di permukaan lantainya karena pola mandi yang dilakukan adalah berendam di dalam bathtub. Meskipun tak jarang di dalam kamar mandi kering masih dilengkapi dengan Shower Screen .

Kamar mandi basah lebih akseptabel terhadap pola mandi apa pun, baik itu cara mandi "byar-byur" memakai gayung ataupun yang menggunakan selang shower.

duniapintu.com
More about2 Kategori Kamar mandi

Alasan Orang Menyukai Badut

Posted by anggota member on Tuesday, September 15, 2009

Charlie Chaplin pernah bilang, “Cuma badut yang bisa membuat manusia terbang ke awan, bukannya para politikus yang tukang berantem,” mulai terbukti kebenarannya.

Profesi badut sebenarnya tak kalah tua dengan kemampuan manusia berpolitik praktis. Konon, sejak zaman Yunani dan Romawi kuno, sudah ada manusia penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian aneh, serta fasih memperagakan mimik-mimik lucu. Dan sampai sekarang banyak
sanggar badut.


Mereka tak hanya membuat tertawa orang-orang kaya yang stres lewat pertunjukan. Tapi juga menghibur dan mencari nafkah di jalan-jalan alias ngamen. Dengan kemampuan berpantomim dengan gerakan-gerakan slapstik yang konyol, boleh jadi merekalah salah satu penjaja hiburan jalanan tertua di dunia. Banyak
sanggar badut menyediakan jasa untuk menghibur orang.


Belakangan, istilah badut sendiri melebar ke mana-mana. Lihat saja, hampir semua pelawak dan pemancing tawa kini juga kerap dijuluki sebagai badut. Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol pun dikatai badut. Ya, sebagai istilah, badut memang mengalami perluasan makna.


Tapi kalau melihat sejarahnya, badut mengacu pada seseorang yang punya dandanan lucu (kadang meniru karakter komik). Selain itu, didukung make-up tebal cenderung menor, hingga kostum berwarna norak nan unik. Ditambah kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional.


Di Abad Pertengahan (sekitar tahun 500 M hingga 1.500 M) contohnya, tersebutlah karakter badut yang sangat terkenal. Masyarakat Eropa, khususnya Italia, mengenalnya sebagai arlecchino atau harlequin, yang dipopulerkan kelompok sandiwara commedia dell' arte. Kostum yang digunakan pun masih sangat sederhana, belum se-ngejreng sekarang.


Sedangkan busana badut seperti yang dikenal sekarang, sesungguhnya hasil perkembangan kostum yang pernah populer di Jerman dan Inggris, sekitar abad ke-18 M. Kala itu, dandanan dan gaya pantomim Pickellherring begitu terkenal. Cirinya, baju dan sepatu gombrong (kebesaran), penutup kepala warna-warni, serta renda besar yang melingkar di seputar leher sang badut.


Pada abad ke-18 M ini pula, badut mulai menjadi bagian penting dari pertunjukan sirkus. Maklum, atraksi sirkus biasanya dipenuhi adegan-adegan akrobat yang menegangkan. Nah, kehadiran makhluk aneh pemancing tawa diharapkan bisa mengendurkan kembali urat saraf yang meregang. Hingga saat ini, aksi para badut tetap menjadi mata acara yang ditunggu-tunggu.


Salah satu pelopor pemakaian kostum badut modern, sekaligus bintang sirkus di awal abad ke-18 M, adalah karakter Jocy yang diciptakan Joseph Grimaldi. Konon, kelebihan Jocy yang membuatnya dikenang dalam sejarah perbadutan adalah kemampuannya menghidupkan tokoh badut yang diperankan. Jocy tak sekadar melucu, tapi juga memainkan perasaan penontonnya, lewat mimik sedih, bahkan ketakutan.


Menjelang era perfilman modern, karakter badut mengilhami banyak tokoh bisnis hiburan. Komedian Charlie Chaplin dan Buster Keaton misalnya, mengadopsi spirit para badut dalam semua film bisunya. Mulailah perkembangan era baru perbadutan, dari awalnya mengamen di jalan, menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnis hiburan.


Barangkali benar kata penulis lagu beken Amerika, Cole Porter (1893-1964): “All the world loves a clown.” Ya, sepertinya memang tak seorang pun di muka bumi ini yang tak suka badut. Tak salah kalau dia layak diberi gelar warga favorit dunia.


www.rileks.com


Dukung kampanye
stop dreaming start action
More aboutAlasan Orang Menyukai Badut

Mengapa Badut Disukai Sebagian Besar Orang?

Posted by anggota member on Tuesday, August 11, 2009

Charlie Chaplin pernah bilang, “Cuma badut yang bisa membuat manusia terbang ke awan, bukannya para politikus yang tukang berantem,” mulai terbukti kebenarannya.

Profesi
badut sebenarnya tak kalah tua dengan kemampuan manusia berpolitik praktis. Konon, sejak zaman Yunani dan Romawi kuno, sudah ada manusia penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian aneh, serta fasih memperagakan mimik-mimik lucu.


Mereka tak hanya membuat tertawa orang-orang kaya yang stres lewat pertunjukan. Tapi juga menghibur dan mencari nafkah di jalan-jalan alias ngamen. Dengan kemampuan berpantomim dengan gerakan-gerakan slapstik yang konyol, boleh jadi merekalah salah satu penjaja hiburan jalanan tertua di dunia.


Belakangan, istilah badut sendiri melebar ke mana-mana. Lihat saja, hampir semua pelawak dan pemancing tawa kini juga kerap dijuluki sebagai badut. Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol pun dikatai badut. Ya, sebagai istilah,
badut memang mengalami perluasan makna.


Tapi kalau melihat sejarahnya, badut mengacu pada seseorang yang punya dandanan lucu (kadang meniru karakter komik). Selain itu, didukung make-up tebal cenderung menor, hingga kostum berwarna norak nan unik. Ditambah kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional. Badut mulai berkembang seiring perkembangan zaman, misalnya
badut pesta, badut ulang tahun, dan beberapa tempat juga ada sanggar badut.


Di Abad Pertengahan (sekitar tahun 500 M hingga 1.500 M) contohnya, tersebutlah karakter badut yang sangat terkenal. Masyarakat Eropa, khususnya Italia, mengenalnya sebagai arlecchino atau harlequin, yang dipopulerkan kelompok sandiwara commedia dell' arte. Kostum yang digunakan pun masih sangat sederhana, belum se-ngejreng sekarang.


Sedangkan busana badut seperti yang dikenal sekarang, sesungguhnya hasil perkembangan kostum yang pernah populer di Jerman dan Inggris, sekitar abad ke-18 M. Kala itu, dandanan dan gaya pantomim Pickellherring begitu terkenal. Cirinya, baju dan sepatu gombrong (kebesaran), penutup kepala warna-warni, serta renda besar yang melingkar di seputar leher sang badut.


Pada abad ke-18 M ini pula, badut mulai menjadi bagian penting dari pertunjukan sirkus. Maklum, atraksi sirkus biasanya dipenuhi adegan-adegan akrobat yang menegangkan. Nah, kehadiran makhluk aneh pemancing tawa diharapkan bisa mengendurkan kembali urat saraf yang meregang. Hingga saat ini, aksi para badut tetap menjadi mata acara yang ditunggu-tunggu.


Salah satu pelopor pemakaian kostum badut modern, sekaligus bintang sirkus di awal abad ke-18 M, adalah karakter Jocy yang diciptakan Joseph Grimaldi. Konon, kelebihan Jocy yang membuatnya dikenang dalam sejarah perbadutan adalah kemampuannya menghidupkan tokoh badut yang diperankan. Jocy tak sekadar melucu, tapi juga memainkan perasaan penontonnya, lewat mimik sedih, bahkan ketakutan.


Menjelang era perfilman modern, karakter badut mengilhami banyak tokoh bisnis hiburan. Komedian Charlie Chaplin dan Buster Keaton misalnya, mengadopsi spirit para badut dalam semua film bisunya. Mulailah perkembangan era baru perbadutan, dari awalnya mengamen di jalan, menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnis hiburan.


Kini, badut-badut bisa dengan mudah ditemukan di berbagai tempat hiburan, semisal
badut pesta, badut ulang tahun. Tentu, dengan beragam aksesori tambahan yang makin bikin geregetan. Uniknya, dengan tujuan yang selama berabad-abad lamanya tak pernah berubah, untuk memancing tawa dan menghibur siapa pun yang memandangnya.


Barangkali benar kata penulis lagu beken Amerika, Cole Porter (1893-1964): “All the world loves a clown.” Ya, sepertinya memang tak seorang pun di muka bumi ini yang tak suka badut. Tak salah kalau dia layak diberi gelar warga favorit dunia.


www.ngobrolaja.com


Dukung Kampanye
Stop Dreaming Start Action Sekarang
More aboutMengapa Badut Disukai Sebagian Besar Orang?

Perubahan Makna Kata "Badut"

Posted by anggota member on Monday, July 27, 2009

Belakangan, istilah badut (dalam bahasa inggris=clown) sendiri melebar ke mana-mana. Hampir semua pelawak dan pemancing tawa, kini juga kerap dijuluki sebagai badut. Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol sering dikatakan badut. Sebagai istilah, badut, clown mengalami perluasan makna.

Menurut sejarahnya,
badut mengacu pada seseorang dengan dandanan lucu (terkadang meniru karakter komik), make-up tebal dan kostum berwarna unik, mempunyai kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional.


id.wikipedia.org


Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang
More aboutPerubahan Makna Kata "Badut"

Perkembangan Era Baru Perbadutan

Posted by anggota member on Thursday, July 9, 2009

Menjelang era perfilman modern, karakter badut mengilhami banyak tokoh bisnis hiburan. Sebagai contoh, komedian Charlie Chaplin dan Buster Keaton mengadopsi spirit para badut dalam semua film bisunya. Mulailah perkembangan era baru perbadutan, dari awalnya mengamen di jalan, menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnis hiburan.

Kini, badut-badut bisa dengan mudah ditemukan di berbagai tempat hiburan atau tempat pesta (
party clown). Tentu, dengan beragam aksesori tambahan yang makin bikin geregetan. Apalagi bagi anak-anak, badut merupakan hiburan tersendiri. Makanya sekarang jasa kids clown sangat dibutuhkan dalam acara pesta anak, semisal ulang tahun (jasa kids birthday clown). Semisal hidung bulat bak tomat, atau topeng meniru karakter komik tertentu. Uniknya, dengan tujuan yang selama berabad-abad lamanya tak pernah berubah, untuk memancing tawa dan menghibur siapa pun yang memandangnya.


Barangkali benar kata penulis lagu beken Amerika Serikat, Cole Porter (1893 - 1964) : "All the world loves a clown." Ya, sepertinya memang tak seorang pun di muka bumi ini yang tak suka badut. Tak salah kalau dia layak diberi gelar warga favorit dunia.

http://id.wikipedia.org

Dukung Kampanye
Stop Dreaming Start Action Sekarang
More aboutPerkembangan Era Baru Perbadutan